-->

Kamis, 30 Maret 2017

Pesan Untuk Bapak Pemerintah Indonesia Dari Negeri Yang Tersingkirkan..

Perjuangan si adik demi meraih cita-citanya

Klikarah - Bagimu negeri, kuceritakan sepintas sebuah kisah di daerah perbatasan Indonesia - Malaysia.

Desa Sungkung adalah sebuah desa yang sangat terisolir dan jauh dari kata kemajuan. Butuh perjalanan 2 hari dari kota kabupaten sendiri yaitu kabupaten Bengkayang. Akses jalan aspal terdekat adalah di kecamatan entikong kabupaten Sanggau. Untuk menuju jalan aspal tersebut membutuhkan waktu 8 jam menggunakan sampan menyusuri sungai sekayam, dan 4 jam jalan darat jika jalan dalam keadaan kering, jika basah tidak bisa di prediksi. Dari desa Sungkung menuju kabupaten Bengkayang minimal butuh biaya Rp.600 ribu untuk sampai ke tempat tujuan.

Produk-produk sangat mendominasi wilayah ini. Yang mana daerah ini berlaku 2 mata uang yaitu ringgit dan rupiah. Hidup tanpa listrik, sinyal pun harus naik bukit yang jarak tempuhnya memakan waktu 45 menit jalan kaki dari Asrama. Kebutuhan pokok harganya berkali-kali lipat dari biasanya. Contoh, seperti harga semen mencapai 450 ribu per sak, gas LPG 3 kg 80 ribu/tabung.

Agar tetap bisa menyambung sebuah coretan tinta di buku, tidak sedikit dari mereka anak sekolah seperti SD, SMP, SMA yang bekerja di malaysia ketika liburan, yang bertujuan untuk membayar uang bulanan sekolah mereka.
Kerja keras demi wujudkan impian ku

Mereka tau benar bahwa hidup di negara tetangga sarawak malaysia memang jauh lebih sejahtera. Tapi mereka masih memiliki rasa kebangsaan yang tinggi, sehingga mereka masih berfikir dua kali untuk menjadi warga negara di negara seberang yakni Malaysia. Walau bagaimanapun keadaannya, mereka tetap lebih memilih "hujan batu" di negeri sendiri daripada "hujan emas" di negeri orang. Seragam kusam yang tidak lagi berwarna merah putih segar, bukan berarti mereka tidak memiliki rasa cinta terhadap tanah air.


Seperti kisah si adik di bawah ini dalam mencapai cita-citanya.

Dengan suara lirihnya si adik, dia berkata "Pak Jokowi Minta Tas". Dengan mendengar kalimat seperti itu tidakkah kalian merasa kasihan, masih adakah hati nurani kalian. Mereka hanya minta tas untuk membawa buku-buku yang mungkin bertuliskan mimpi-mimpi kecil mereka, agar mimpi yang mereka tuliskan tidak hancur terkena lumpur atau koyak kena hujan. Tidakkah kalian iba!!.

Ingatlah!! Ilmu yang kalian dapat di bangku perkuliahan, sebagian adalah hak mereka. Gaji yang kalian dapat, juga sebagian adalah hak mereka.

Tidakkah kalian iba melihat baju kotor mereka? Dimana mereka berjalan berjam-jam melewati jalan lumpur. Tidakkah kalian iba ketika perjuangan mereka atau mimpi mereka terhapus sia-sia oleh kejamnya negeri ini. Dengarlah suara lirih mereka Pak!!..

Semoga kalian adik kecil bisa meraih impian kalian
Hai adik kecil! Tersenyumlah, jangan tampakan wajah sedihmu dan jangan tampakan beban beratmu. Karena saya yakin, walaupun tanpa tas tanpa seragam yang layak, dan tanpa sepatu selagi kamu masih punya tekad dan semangat, kamu pasti bisa meraih impianmu itu, dan kamu pasti bisa melewatinya.

Maaf ya dik, bukan abang bermaksud menampakan wajah sedihmu, seragam lusuhmu, dan tas kresekmu. Abang hanya ingin mereka tahu bahwa keadilan sosial bukan bagi seluruh rakyat Indonesia. Bahwa kalian tidak merasakan arti sila Kelima dari Pancasila.

Sudahlah dik, jangan mengaharapkan uluran tangan dari siapapun. Uluran tangan yang mungkin takkan menjangkau kalian, kalian jauh di batas negara. Biarlah pakaian lusuh dan tas kresekmu yang akan menemanimu sampai kamu meraih cita-cita besarmu. Tersenyumlah....dik.......

"Apapun yang terjadi, kami tetap cintai Indonesia. Darah dan jiwa kami untuk Republik ini "Merah Putih di Dadaku". Sudah 71 tahun kita merdeka, tapi kami tetap belum merdeka", kata mereka dari negeri yang tersingkirkan sebagai kalimat penutup.

This post have 0 komentar

Silahkan berkomentar dengan baik dan benar. Dan jika ini bermanfaat, jangan lupa untuk dibagikan.

TERIMA KASIH!!
EmoticonEmoticon

Next article Next Post
Previous article Previous Post